Belajar sejarah, emang akan lebih nempel kalo kita langsung main ke lokasinya. Salah satu cerita yang terkenal dari jawa yaitu Wali Songo. Mumpung aku lagi tinggal di Jawa Tengah, aku menyempatkan waktu untuk mampir ke kotanya para Wali, yaitu Demak dan Kudus.
Kali ini aku ditemenin sama temen SMP ku, Isna yayy...seneng sih aku jadinya kan nggak kayak anak hilang, hehe ada temennya.
Kota Pertama : DEMAK
Perjalanan ke Demak bisa dimulai dari Semarang. Turun di stasiun Semarang Poncol, kalian bisa nyambung dengan shuttle bus untuk ke demak, tapi shuttle bus ini ada jam-jamnya seperti kereta. Berhubung kita sampai di waktu yang kurang tepat (ketinggalan shuttle), kita memilih moda transportasi lain, kalau naik bis, kami belum berani karena kami belum tau medannya. Alhasil kami memilih untuk naik taxi online seharga 110 ribu.
Perjalanan menuju demak didominasi truk-truk besar karena di pinggir kanan dan kiri jalan banyak bangunan pabrik. Debu dan terik (kota utara pulau jawa, panas lur) mengiringi perjalanan kami.
Gak boleh update kalo main ke kota baru tapi nggak makan makanan khasnya. Sampailah kami di RM Rahayu Demak. Rumah makan ini menjual asem-asem demak. Bentukannya sup daging kuah merah, kukira pedas, ternyata merah asam tomat. Unik sih rasanya, boleh juga.
Dari sana, kalian tinggal jalan kaki ke Masjid Agung Demak, deket banget kok. Mari kita mulai perjalanan sejarah kita.
Masjid Agung Demak ini dibangun sama Raden Patah (Raja pertama kesultanan Demak), sebagai media penyebaran agama Islam. Lingkungan masjid ini rapi, tapi sudah mengalami pemugaran karena bangunan aslinya sudah termakan usia. Bangunan masjid ini memiliki 4 tiang utama yang disebut (Saka Guru), tiap tiang tersebut dibangun oleh satu orang wali. Cuma, saka guru ini sudah tidak digunakan lagi karena termakan rayap. Tapi tenang guys, kalian bisa melihat Saka guru dan sisa-sisa bangunan lama di museum masjid agung Demak.
Setelah sholat dan menikmati pemandangan alun-alun kota Demak, kami melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya, kota Kudus dengan menggunakan taxi online yang sama (fyi, di Demak belum ada mobil online, jadi kami ditawarkan supir online kami untuk lanjut tapi tanpa pemesanan aplikasi alias offline, untuk harganya dihitung rate per km sesuai aplikasi)
Kota Kedua : KUDUS
Sampai di kudus, kami check-in di hotel King’s Kudus. Lokasinya di pinggir kota kudus, tapi nggak terlalu jauh juga dari kota. Kamarnya bersih dan nyaman lagi untuk harga 300 ribu per malam. Kami bebersih dan rebahan sebentar, istirahat sebelum melanjutkan eksplorasi kota kudus.
Di kudus sudah ada ojek online, daripada nyewa mobil, kami memilih untuk pesen ojek aplikasi, tapi hati-hati yaa, kalo kalian dari daerah kota tua kudus (masjid menara kudus) disana red zone. Jadi sebaiknya kalian berjalan keluar dari gang masjid, belok kiri sampai depan Indomaret, pesen online baru bisa dilakukan disana.
Kalo ke masjidnya gimana? untuk ke masjidnya ojek online ini masih mau mengantarkan penumpang sampai ke titik masjid kok, tenang aja.
Masjid al-manar atau Masjid Menara Kudus, jujur telah membuat aku takjub sih karena ternyata se-historikal itu. Suasananya seperti kembali ke zaman wali songo. Bangunannya terawat, batu batanya bersih terjaga. Kalau kalian yang berminat wisata ziarah, di samping masjid adalah lokasi makam Sunan Kudus dan keluarga. Di sebrang masjid akan banyak kalian temukan toko oleh-oleh,rata-rata menjual barang-barang arab/umrah.
|
Makam Sunan Kudus |
Selesai sholat, rasanya perut lapar hahaha, di pinggir jalan masjid, banyak yang jualan martabak telur puyuh, haha iseng kami penasaran, rasanya lumayan tapi kurang nendang.
Emang dua anak perempuan ini iseng dan kelaparan, kami memilih jalan kaki ke Soto Kudus pak Radjiman.
Soto kudus nya beda sama soto kudus di Jakarta. Haha akhirnya bisa mencoba soto kudus di kota aslinya. Saya pesen yang soto daging, tapi kok rasanya dagingnya keras dan lebih alot. Ah yasudahlah mungkin sapi tua pikir saya. Setelah saya baca di internet, ternyata di kudus ini sejarahnya dilarang memotong sapi (sebagai penghormatan terhadap masyarakat hindu saat agama islam baru datang) haha jadi ternyata saya makan soto kudus daging kerbau.
Kami jalan kembali ke arah masjid, karena penasaran dengan nasi jangkrik dekat masjid yang konon favoritnya sunan Kudus. Nasi jangkrik ini bentukannya gerobak kaki lima, kami mampir dan pesan nasi jangkrik yang ternyata lauknya bukan jangkrik hahaha ketipu deh. Nasi jangkrik ini nasi yang dibalut daun jati dengan lauk daging kerbau yang dibuat seperti semur, kalo makan nasi jangkrik langsung ingat hidangan lebaran. Boleh sih aku suka nasi jangkrik.
Selesai makan, tadinya kami mau ke masjid untuk solat Isya, tapi ternyata, masjid tutup jam 8 malam. Alhasil kami pulang untuk solat di hotel.
Day 2 : Museum Trip
Hari kedua memang kami niatkan untuk museum trip. Museum pertama yang kami kunjungi, museum Kretek.
Selain kota wali, Kudus juga dikenal sebagai kota kretek, karena pertama kali kretek ditemukan ya disini, di Kota Kudus. Aku jadi paham tentang awal mula kretek yang dibuat dari daun jagung (klobot), sejarah perkembangan bisnis kretek hingga akhirnya bisa seperti sekarang. Ilmu ku jadi nambah nih tentang sejarah rokok hahaha.
Di museum kretek, ada replika rumah adat kudus, kalian bisa masuk kedalam, foto-foto di dalam. Aku baru tau kalo rumah kudus itu mirip Jepara, banyak ukiran, dan ukirannya keren keren banget asli.
Di museum kretek ini kalian akan menemukan banyak anak-anak sekolah, karena halaman museum ini sering dipakai acara outbound anak TK-SD.
Lanjut ke museum kedua, Museum Jenang Kudus. Ternyata lokasi museum ini berada diatas toko oleh-oleh Jenang Mubarok. Ekspektasiku museumnya B aja, tapi taunya aku tercengang guys. Gila sih ini museum keren dan luas banget, sekelas museum Internasional, dan kalian bisa dapetin semuanya (gk cuma tentang sejarah jenang) ada replika menara kudus, replika rumah adat kudus, dan section yang paling aku suka section GUSJIGANG.
Sumpah! Gusjigang museum ini keren banget, Subhanallah. Kalian bisa liat al-quran terbesar di Indonesia sampai dengan al-quran terkecil di dunia yang berasal dari turki. Kutipan tokoh-tokoh agama, ustadz ustadz terkenal. Kaligrafi ayat kursi. Subhanallah keren banget asli.
Di belakang museum gusjigang kalian bisa liat sejarah kretek, replika kapal, pabrik, dan helikopter zaman kejayaan kretek. Wah ke museum ini aja sebenernya udh lengkap.
Selesai keliling, nggak ada salahnya kalian beli Jenang Mubarok untuk oleh-oleh, aku suka yang rasa durian.
Selanjutnya, makan siang. Aku mengusulkan ke restoran Gasasa, karena kemarin pas lewat, parkirannya penuh banget. Ternyata ini adalah restoran garang asem terfavorit, wah wah nggak salah pilih, garang asemnya seger banget. Favorit!…huhu rasanya mau bawain untuk orangtua di rumah.
Saatnya pulang, kali ini setelah ngobrol dan bertanya sama masyarakat Kudus yang ramah-ramah, kami memutuskan untuk pulang naik bus ke arah Semarang. Bismillah dengan tiket 10 rb kami sampai di Semarang (titik turunnya di depan RS Sultan Agung), lanjut grab ke Paragon karena sudah lama tidak main di mall hahaha.
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah kau telah memberikan aku teman yang mau diajak susah senang, yang gk rewel dan menerima apa saja keadaannya. Semoga Allah melimpahkan rezeki yang banyak untuk kita ya na, biar bisa jalan bareng lagi. Semoga next trip, bisa nambah rame, bisa ngajak Balqis, Malika dan Anita. Kan dari jaman SMP, mimpi kita mau jalan-jalan ke inggris rame-rame.